ISLAM Nusantara Jika kita menilik tradisi Islam nusantara, bangsa Indonesia sejak puluhan tahun telah menjalankan tradisi 'Sahur On The Road' (SOTR) dan telah menjadi bagian tak terpisahkan umat Islam nusantara.
Namun tradisi umat Islam di berbagai belahan nusantara ini kerap dijadikan momok, bahkan dianggap sebagai tindakan vandalisme oleh pemimpin daerah, sebut saja Walikota Bogor Bima Arya. Pemimpin daerah Kota Bogor ini menegur para peserta Sahur on The Road agar tidak melakukan kegiatan ini karena kerap dijadikan ajang keributan, vandalisme dan mengganggu ketertiban umum. Selain itu, petugas menemukan anak di bawah umur yang ikut dalam rombongan menggunakan sepeda motor tidak disertai dengan izin mengemudi dan juga tidak menggunakan helm.
Namun pandangan Walikota Bima Arya ini bertolak belakang dengan penggiat Sahur On The Road yang juga anggota DPD RI, Fahira Idris. Fahira justru menilai bahwa program SOTR ini dapat membentuk karakter remaja kita.
ISLAM Nusantara Fahira Idris adalah penggiat SOTR sejak remaja, ia menyatakan Sahur On The Road itu adalah tradisi yang sudah berlangsung puluhan tahun, "Sudah puluhan tahun SOTR jadi kebiasan masyarakat selama Ramadhan baik di Jakarta dan daerah lain. Mulai dari siswa, mahasiwa, perorangan, komunitas, perusahaan, hingga instansi pemerintah kerap melakukan"
"Sebenarnya jika pemerintah daerah di seluruh Indonesia jeli, kegiatan SOTR ini dapat dijadikan ajang membentuk karakter remaja kita. Banyak nilai yang bisa diambil terutama oleh generasi muda kita dari SOTR." jelasnya kepada tim redaksi voa-islam.com.
Ia kemudian melanjutkan tentang hikmah di balik SOTR "Rasa empati, gotong royong, rela berkorban, dan ikhlas. Bukankah karakter seperti ini yang diperlukan saat nanti mereka memimpin negeri ini?"
Uni Fahira, demikian ia akrab disapa, menyayangkan jika pemerintah dan kepala daerah abai terkait SOTR, "Sayangnya dari pantuan saya hampir tidak ada kepala daerah atau jajarannya yang menjadikan SOTR terutama yang melibatkan generasi muda sebagai ajang pembentukan karakter. Anak-anak ini dilepas begitu saja, makanya ada beberapa kasus SOTR yang malah jadi ajang kebut-kebutan bahkan bentrok karena mereka tidak ada yang mengarahkan. Yang jadi pertanyaan apakah mereka ini benar-benar berniat #SOTR?"
Uni Fahira, demikian ia akrab disapa, menyayangkan jika pemerintah dan kepala daerah abai terkait SOTR, "Sayangnya dari pantuan saya hampir tidak ada kepala daerah atau jajarannya yang menjadikan SOTR terutama yang melibatkan generasi muda sebagai ajang pembentukan karakter. Anak-anak ini dilepas begitu saja, makanya ada beberapa kasus SOTR yang malah jadi ajang kebut-kebutan bahkan bentrok karena mereka tidak ada yang mengarahkan. Yang jadi pertanyaan apakah mereka ini benar-benar berniat #SOTR?"
Sayangnya dari pantuan saya hampir tidak ada kepala daerah atau jajarannya yang menjadikan SOTR terutama yang melibatkan generasi muda sebagai ajang pembentukan karakter.
Pelarangan SOTR ini Uni Fahira nilai sebagai bentuk kepala daerah yang tak mau pusing dengan keramaian aktivitas SOTR, "Nah karena ada kasus-kasus seperti ini beberapa kepala daerah daripada pusing-pusing ya sudah dilarang saja."
"Wacana pelarangan #SOTR apalagi alasannya karena nyampah saya rasa berlebihan. Namun, beberapa hari ini saya baca dimedia sepertinya pelarangan ini hanya wacana saja dan pak Ahok sudah mengizinkannya. Untuk itu saya secara pribadi mengucapkan terima kasih."imbuhnya lagi.
"Wacana pelarangan #SOTR apalagi alasannya karena nyampah saya rasa berlebihan. Namun, beberapa hari ini saya baca dimedia sepertinya pelarangan ini hanya wacana saja dan pak Ahok sudah mengizinkannya. Untuk itu saya secara pribadi mengucapkan terima kasih."imbuhnya lagi.
ISLAM Nusantara Nah tradisi nusantara ini dapat membentuk karakter remaja, SOTR tak pelak telah menjadi tradisi Islam nusantara, bukan Islam Arab semata. Ketika wacana Jemaat Islam Nusantara (JIN) menggema, kemana pembelaan aktivis JIN soal tradisi Islam nusantara akan berhembus 'mengantui' ruang wacana publik? [adivammar/voa-islam.com]
Post A Comment:
0 comments: