Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Ali Mustofa Yaqub turut mengomentari istilah Islam Nusantara yang mulai marak didengungkan belakangan ini. Menurutnya, istilah Islam Nusantara baru muncul baru-baru ini saja.
“Jadi sebenarnya Islam Nusantara itu tidak ada, yang ada Muslim Nusantara,” kata KH Ali Mustofa Yaqub kepada Kiblat.net, Selasa (19/05).
Istilah Muslim Nusantara mengacu pada orang Islam Indonesia yang mengadaptasi Islam dalam budaya Nusantara.
“Kalau Islam ya Islam, seperti apa kata Al Quran dan Hadits,” tandasnya.
Dia lantas mencontohkan dalam hal berpakaian. Muslim Indonesia tidak memakai jubah dan surban seperti orang Arab, tetapi memakai pakaian sesuai apa yang menjadi kebiasaan pakaian di Nusantara.
“Makanya Islam itu kan tidak memberikan kriteria atau bentuk berpakaian. Islam tidak memberikan amanat harus pakai surban, harus pakai jubah. Sesuai dengan daerah masing-masing, yang penting ada kriterianya,” imbuhnya.
Dalam hal berpakaian, lanjut Ali Mustofa, Islam telah menetapkan kriteria. Kriteria itu biasa dirumuskannya dengan T4 antara lain tutup aurat, tidak transparan, tidak ketat, tidak menyerupai pakaian lawan jenis.
Menurutnya juga ada kriteria adab dalam berpakaian yaitu tidak memakai pakaian yang berbeda dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal. Artinya, memakai pakaian yang dipakai masyarakat secara umum.
“Jadi saya pikir yang dimaskud itu bukan Islam Nusantara. Mungkin yang dimaksud adalah muslim yang beradaptasi dengan Nusantara,” pungkasya.
BACA JUGA Tiga Tewas Ditembaki Kelompok Bersenjata Papua di Distrik Torere
Sebelumnya, kata Islam Nusantara juga pernah muncul dalam acara puncak ajang pemilihan Putri Muslimah Indonesia 2015 yang digelar Rabu (13/05). Putri Gus Dur, Yenni Wahid, yang menjadi juri dalam ajang tersebut juga menyampaikan pertanyaan mengenai Islam Nusantara kepada finalis.
Keberadaannya muncul seiring mencuatnya fenomena bacaan Al Quran langgam Jawa yang dikumandangkan saat peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara beberapa waktu lalu. Kemudian, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan bahwa lantunan Al-Quran semacam itu merupakan bagian dari Islam Nusantara.
Reporter : Imam S.
Editor: Fajar Shadiq
“Jadi sebenarnya Islam Nusantara itu tidak ada, yang ada Muslim Nusantara,” kata KH Ali Mustofa Yaqub kepada Kiblat.net, Selasa (19/05).
Istilah Muslim Nusantara mengacu pada orang Islam Indonesia yang mengadaptasi Islam dalam budaya Nusantara.
“Kalau Islam ya Islam, seperti apa kata Al Quran dan Hadits,” tandasnya.
Dia lantas mencontohkan dalam hal berpakaian. Muslim Indonesia tidak memakai jubah dan surban seperti orang Arab, tetapi memakai pakaian sesuai apa yang menjadi kebiasaan pakaian di Nusantara.
“Makanya Islam itu kan tidak memberikan kriteria atau bentuk berpakaian. Islam tidak memberikan amanat harus pakai surban, harus pakai jubah. Sesuai dengan daerah masing-masing, yang penting ada kriterianya,” imbuhnya.
Dalam hal berpakaian, lanjut Ali Mustofa, Islam telah menetapkan kriteria. Kriteria itu biasa dirumuskannya dengan T4 antara lain tutup aurat, tidak transparan, tidak ketat, tidak menyerupai pakaian lawan jenis.
Menurutnya juga ada kriteria adab dalam berpakaian yaitu tidak memakai pakaian yang berbeda dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal. Artinya, memakai pakaian yang dipakai masyarakat secara umum.
“Jadi saya pikir yang dimaskud itu bukan Islam Nusantara. Mungkin yang dimaksud adalah muslim yang beradaptasi dengan Nusantara,” pungkasya.
BACA JUGA Tiga Tewas Ditembaki Kelompok Bersenjata Papua di Distrik Torere
Sebelumnya, kata Islam Nusantara juga pernah muncul dalam acara puncak ajang pemilihan Putri Muslimah Indonesia 2015 yang digelar Rabu (13/05). Putri Gus Dur, Yenni Wahid, yang menjadi juri dalam ajang tersebut juga menyampaikan pertanyaan mengenai Islam Nusantara kepada finalis.
Keberadaannya muncul seiring mencuatnya fenomena bacaan Al Quran langgam Jawa yang dikumandangkan saat peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara beberapa waktu lalu. Kemudian, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan bahwa lantunan Al-Quran semacam itu merupakan bagian dari Islam Nusantara.
Reporter : Imam S.
Editor: Fajar Shadiq
Post A Comment:
0 comments: