Para pengusung Islam Nusantara seringkali menyandarkan istilah tersebut dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai, tanpa peperangan. Kemudian, dibandingkan dengan Islamisasi di wilayah Arab yang diwarnai peperangan.


Menurut Dr Hamid Fahmi Zarkasyi, bahasa Islamisasi di Indonesia berbeda dengan proses Islamisasi di Timur Tengah.

“Masalahnya ketika Islam keluar dari Jazirah Arab, bahasa yang digunakan adalah masih bahasa peperangan,” kata Gus Hamid kepada Kiblat.net, seusai acara Seminar Nasional Islam dan Nusantara di Gedung Joeang Jakarta, belum lama ini, (05/07).

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor tersebut menjelaskan bahwa peperangan yang terjadi dalam proses Islamisasi di Timur Tengah bukan karena Islam yang menyerang.

Saat itu, lanjut Gus hamid, peperangan terjadi karena resistensi orang-orang di sekitar Arab sangat tinggi, seperti Persia dan Yerusalem.

Dia menambahkan bahwa ada juga daerah-daerah di Timur Tengah yang proses Islamisasinya tidak berbau perang. Sebagai contoh ketika Umar bin Khatab masuk ke Yerusalem tidak ada peperangan.

“Jadi wajah peperangan ini harus ditanda kutip. Peperangan yang mana,” ujar Gus Hamid.

Gus Hamid menambahkan proses Islamisasi di Indonesia juga diwarnai dengan peperangan, meski dalam bentuk yang berbeda. Perang yang terjadi adalah perang ideologi atau perang akidah.

“Bahasanya bukan bahasa itu (perang fisik, red) lagi. Bahasanya bahasa nalar, dan Islam memenangkan bahasa itu,” tandasnya.

Reporter : Imam S.
Editor: Fajar Shadiq
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: