Peneliti Budaya Jawa, Susiyanto, menilai munculnya wacana Islam Nusantara sebagai sebuah dinamika dan sesuatu yang wajar dalam diskursus pemikiran. Ketika ada pendapat seperti itu, wajar juga nantinya jika ada pendapat lain yang berlawanan.
“Jadi saya kira kalangan Muslim sendiri juga harus melakukan kritik,” ujar Susiyanto, kepada Kiblat.net belum lama ini.
Susiyanto menambahkan bahwa ada kelemahan dalam konsep Islam Nusantara sendiri. Istilah tersebut, menurutnya merupakan upaya untuk menjadikan Islam yang ada di Nusantara berbeda tingkatannya dari Islam yang lain.
“Kalau sekilas itu sebenarnya merupakan bentuk fanatisme, kalau tidak bisa disebut sebagai primoldialisme,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Susiyanto, seolah-olah Islam di Nusantara berbeda dengan yang ada di wilayah lain. Akibat yang terjadi kemudian adalah umat Islam Nusantara akan renggang dengan yang lain.
Dia menambahkan, perbedaan yang ada seharusnya justru harus bisa dimengerti berbagai pihak. Yang harus dilakukan kemudian adalah mencari persamaan di dalam umat Islam sendiri, karena jika yang dicari perbedaaan, maka tidak akan pernah ada titik temunya.
“Kita kembali ke ilmu saja lah. Jadi misalnya kalau kita harus berbicara tentang Islam ya ilmunya itu seperti apa,” tandasnya.
Reporter: Imam Suroso
Editor: Hunef Ibrahim
“Jadi saya kira kalangan Muslim sendiri juga harus melakukan kritik,” ujar Susiyanto, kepada Kiblat.net belum lama ini.
Susiyanto menambahkan bahwa ada kelemahan dalam konsep Islam Nusantara sendiri. Istilah tersebut, menurutnya merupakan upaya untuk menjadikan Islam yang ada di Nusantara berbeda tingkatannya dari Islam yang lain.
“Kalau sekilas itu sebenarnya merupakan bentuk fanatisme, kalau tidak bisa disebut sebagai primoldialisme,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Susiyanto, seolah-olah Islam di Nusantara berbeda dengan yang ada di wilayah lain. Akibat yang terjadi kemudian adalah umat Islam Nusantara akan renggang dengan yang lain.
Dia menambahkan, perbedaan yang ada seharusnya justru harus bisa dimengerti berbagai pihak. Yang harus dilakukan kemudian adalah mencari persamaan di dalam umat Islam sendiri, karena jika yang dicari perbedaaan, maka tidak akan pernah ada titik temunya.
“Kita kembali ke ilmu saja lah. Jadi misalnya kalau kita harus berbicara tentang Islam ya ilmunya itu seperti apa,” tandasnya.
Reporter: Imam Suroso
Editor: Hunef Ibrahim
Post A Comment:
0 comments: