Istilah Islam Nusantara dinilai sebagai sebuah kalimat yang berbahaya. Menurut Ketua Dewan Syuro Front Pembela Islam (FPI) KH Misbahul Anam, kalimat tersebut akan berpotensi merusak akidah.

“Hati-hati dengan kalimat yang sangat berbahaya ini (Islam Nusantara),” kata Misbahul dalam sebuah diskusi “Bahaya Tilawah Al-Quran Langgam Jawa” di Jakarta, Sabtu (27/06).

“Karena bermula dari kalimat ini, akan bermunculan kalimat-kalimat bahaya selanjutnya,” imbuhnya.

Misbahul Anam menambahkan bahwa dengan satu istilah Islam Nusantara maka akan berpotensi memunculkan istilah-istilah lain. Dari satu istilah tersebut maka akan muncul pemikiran boleh memiliki nabi Nusantara.

Selain itu karena orang Nusantara, lanjut Misbahul, Al-Quran tidak harus dibaca dengan bahasa Arab. Demikian juga dalam salat, dengan alasan orang Nusantara maka salat tidak harus memakai bahasa Arab. Potensi lain, akan muncul anggapan karena dasar Islam Nusantara saat salat tidak harus menghadap ke Ka’bah, dan haji tidak harus ke Mekah.

“Hati-hati, dengan kalimat yang akan bermunculan karena dimulai dengan satu kalimat yang berbahaya yang merusak akidah kita,” tandasnya.

Kampanye Islam Nusantara terus bergulis sejak ramai dibicarakan ketika dikait-kaitkan dengan munculnya bacaan tilawah langgam Jawa di Istana Negara. Saat itu bacaan Al-Quran langgam Jawa dilantunkan dalam acara peringatan Isra’ Mi’raj.

Kemudian presiden Jokowi turut menyuarakan istilah tersebut dalam Istighotsah menyambut Ramadhan dan pembukaan Munas alim ulama NU di Masjid Istiqlal, Ahad (14/06). “Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama, itulah Islam Nusantara, Islam yang penuh toleransi,” kata Jokowi kala itu.

 

Reporter : Imam S.

Editor: Fajar Shadiq
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: